[4th Scene] My Marriage Is…

my-marriage-is

My Marriage is … [Part 4]

Author Yaumila

 

| Main cast Park Jiyeon – Oh Sehun |

| Support cast Lee Taemin  – Han Soyi (OC) – Choi Sulli – And other’s |

| Genre Shool Life, Marriage Life | Length Main Chapter |

| Rating PG-17 |

Poster by : ©Ahra Art

 

Disclaimer :

Para tokoh yang ada di FF ini milik Tuhan. Cerita ini murni hasil imajinasi saya.

Happy Reading~~

 

.

.

.

 

 

Author POV

Setelah dari toilet Jiyeon dan Sulli langsung menuju tempat parkir di mana Sehun dan Taemin sudah menunggu mereka. Jiyeon ingin sekali menceritakan kejadian yang dialaminya tadi ketika di toilet, tapi dia merasa saat ini bukan waktu yang tepat jadi dia menunda untuk menceritakannya kepada Sulli.

 

Sementara di tempat parkir Sehun dan Taemin sibuk dengan kegiatan masing-masing tanpa ada percakapan di antara mereka. Jiyeon dan Sulli melihat mereka berdua dengan tatapan bingung. Karena mereka berdua terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan. Jiyeon dan Sulli sama-sama tahu bahwa Sehun dan Taemin tidak memiliki masalah apapun. Bagaimana mereka bisa memiliki masalah bahkan untuk saling bertegur sapa saja tidak pernah. Itulah yang ada dipikiran kedua gadis itu.

 

Padahal mereka tidak mengetahui alasan apa yang membuat Sehun dan Taemin berperang—perasaan secara tidak langsung adalah karena Jiyeon. Yah, harus Sehun akui bahwa ia mulai tertarik kepada gadis itu karena segala peristiwa yang terjadi diantara mereka  dengan cara yang bisa dibilang kebetulan—mungkin. Meskipun ia tidak menunjukkan perasaannya kepada Jiyeon secara gamblang, tapi ia jujur kepada dirinya sendiri tentang perasaan itu dan tidak menampik kenyataan bahwa ia mulai menyukai gadis tersebut.

 

Sehun tahu betul jika Taemin pun memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman terhadap Jiyeon. Meskipun tak ada yang menyadari tentang perasaan Taemin—bahkan mungkin hanya Sehun yang tahu, karena Taemin sangat apik mengontrol perasaannya saat bersama Jiyeon.

 

Setelah Jiyeon dan Sulli tida di hadapan mereka, Sehun langsung menarik tangan Jiyeon menuju mobilnya dan membukakan pintu untuknya. Jiyeon agak terkejut dengan perlakuan yang Sehun berikan padanya mengingat kenyataan bahwa pria itu sangat menyebalkan dan suka bersikap semena-mena padanya. Tapi Jiyeon memilih untuk diam dan menuruti Sehun. Sedangkan Taemin hanya memandangi mereka dengan tatapan yang entah apa artinya.

 

“Sullia-ah, Taemin-ah, aku pulang dulu ya,” ucap Jiyeon sambil melambaikan tangannya karena mobil Sehun mulai melaju meninggalkan sekolah.

 

“Ne, hati-hati Jiyeon-ah,” balas Sulli sambil melambaikan tangannya juga.

 

“Taemin-ah, ayo kita juga pulang,” ucap Sulli yang menyadarkan Taemin dari lamunannya tapi tanpa mengalihkan perhatiannya dari mobil yang telah membawa Jiyeon pergi.

 

“Ah ne, ayo kita pulang,” jawab Taemin dan langsung menaiki motor besarnya diikuti Sulli yang masih bingung dengan sikap temannya itu. Tapi ia menahan dirinya agar tidak bertanya apapun meskipun ia sangat penasaran.

 

Jiyeon POV

 

Kami hanya diam saat di dalam mobil tanpa ada percakapan diantara kami. Biasanya Sehun akan menjadikanku sebagai bahan ejekannya dan itu membuatku kesal. Tapi aku lebih merasa nyaman seperti itu dari pada suasana hening dan canggung seperti ini. Aku terus memperhatikannya yang sedang serius menyetir. Sikapnya agak sedikit berbeda hari ini, itulah yang aku rasakan. Dia menjadi lebih pendiam dari biasanya dan tiba-tiba saja memperlakukanku dengan baik. Ada apa sebenarnya dengan anak ini?

 

“Apa aku begitu tampan sampai kau tidak bisa mengalihkan perhatianmu dariku?” tanyanya dengan wajah yang menyebalkan.

 

“Aniyo! Siapa yang memperhatikanmu eoh? Percaya diri sekali,” ucapku gelagapan karena dengan bodohnya aku tanpa sadar menatapnya sedari tadi. Aku langsung memalingkan wajahku ke rah lain karena malu atas kebodohanku.

 

“Benarkah? Kau pikir aku tidak sadar kalau kau terus menatap ke arahku? Sudahlah tidak usah malu untuk mengakui ketampananku, hahaha,” ucapnya senang. Aish, mulai lagi sikap percaya diri dan menyebalkannya.

 

“Ya! Percaya diri sekali kau Oh Sehun! Dasar menyebalkan,” ugh sial aku tidak bisa membalas kata-katanya. Akhirnya aku memilih untuk diam dan menatap ke luar jendela.

 

“Itu memang kenyataan, buktinya kau tidak bisa membantah apa yang aku katakan,” ucapnya senang karena merasa menang disertai tatapannya yang membuatku kesal setengan mati.

 

“Dasar kau ini, sejak di parkiran aku perhatikan kau hanya diam saja. Kenapa sekarang kau jadi cerewet sekali huh? Sebenarnya ada apa denganmu?” ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

 

“Ternyata kau sudah memperhatikanku sejak di sekolah?” tanyanya dengan wajah sedikit terkejut bercampur penasaran.

 

“A a ani, tidak seperti itu. Aku hanya mengkhawatirkanmu,” aku menutup mulutku karena tidak sadar mengakatakannya. Aish, aku benar-benar mengutuk diriku atas kebodohan yang telah kulakukan berulang kali sejak tadi.

 

“Kau mengkhawatirkanku? Apa kau menyukaiku Park Jiyeon?” tanyanya.

 

Aku hanya diam tidak bisa menjawab pertanyaannya karena terlalu terkejut. Seharusnya jika seseorang semakin bertumbuh dewasa akan menjadi semakin pintar, kenapa itu tidak terjadi padaku? Kenapa aku malah menjadi bodoh setiap harinya? Sehun hanya melihatku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan—menunggu jawaban dariku. Lalu ia mematikan mesin mobilnya. Aku memperhatikan sekelilingku dan tersadar ternyata kami sudah sampai di rumah—Sehun. Ia terus menatap ke arahku membuatku salah tingkah. Ia mendekatkan tubuhnya ke arahku secara perlahan.

 

“Mau apa kau?” tanyaku berusaha menghindarinya hingga aku tersudut. Tiba-tiba…

 

CUP

 

Ia mengecup pipiku cukup lama. Aku hanya bisa mengerjapkan mataku karena tidak menyangka atas apa yang ia lakukan. Ia langsung ke luar begitu saja setelah mencium pipiku secara tiba-tiba. Aku tidak tau wajahku seperti apa sekarang ini. Pipiku terasa sangat panas karena tindakan Sehun barusan. Seharusnya aku marah karena dia menciumku sembarangan. Tapi entahlah, kenapa aku malah merasa senang? Kurasa aku sudah gila, sadarlah Jiyeon!

 

***

 

Saat menjelang malam aku mendengar sura gaduh di lantai bawah, sepertinya sedang ada tamu. Tapi siapa yang datang? Aku berjalan menuju pintu kamarku bermaksud untuk melihat siapa yang datang. Saat aku membuka pintu ternyata Sehun juga sedang melakukan hal yang sama denganku. Aku memandangnya dengan tatapan bertanya padanya. Dan sepertinya Sehun mengetahui maksudku, ia hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

 

Aku mulai melangkahkan kakiku menuruni tangga diikuti Sehun yang ada di belakangku. Ternyata suara ribut yang kudengar tadi berasal dari ruang tamu. Dan ternyata suara ribut yang terjadi karena kedatangan orang tuaku yang saat ini sedang berbincang dengan orang tua Sehun. Aku cukup terkejut dengan kedatangan orang tuaku di sini, kenapa mereka tidak memberi tahuku jika akan datang? Sepertinya Sehun juga agak kaget dengan hal tersebut, itu terlihat jelas dilihat dari ekspresinya. Aku pun melangkahkan kakiku mendekati mereka.

 

“Eomma, Appa, apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa tidak memberi tahuku jika akan datang?” tanyaku mendekat kea rah mereka.

 

“Eoh, Jiyeon-ah kemarilah kami ingin membicarakan hal penting denganmu,” jawab Eomma sambil menepuk-nepuk kursi di sampingnya menyuruhku untuk duduk di sana. Aku hanya menurut dan duduk di tempat yang Eomma sediakan untukku.

 

“Dan kau Sehun cepat ke sini, jangan hanya berdiri saja,” ujar Ayah Sehun. Sehun hanya berjalan dengan malas dan menghampiri kami semua.

 

“Baiklah langsung keintinya saja, sebenarnya kami sedang membicarakan rencana pertunangan kalian. Tapi sebenarnya aku ingin kalian langsung menikah saja, tidak perlu bertunangan lebih dulu, tapi para wanita ini menolak ide itu dan meminta agar kalian bertungan lebih dulu sebelum menikah,” ucap Ayah Sehun sambil menunjuk ke arah Eomma dan Istrinya.

 

Bertunangan? Aku hanya bisa terdiam sambil melotot ke arah mereka. Aku tahu aku memang di jodohkan dengan Sehun, tapi apakah ini tidak terlalu cepat? Bahkan kami belum saling mengenal satu sama lain. Aku melirik ke arah Sehun. Kenapa wajahnya terlihat biasa saja? Apa dia tidak mendengar apa yang telah diucapkan oleh Ayahnya sendiri? Dasar.

 

“Itu benar Jiyeon-ah, kami ingin kalian bertunangan lebih dulu sebelum menuju ke jenjang yang lebih serius. Karena kami berpikir menikah tanpa bertunangan lebih dulu seperti ada yang kurang,” ucap Emmonim di akhiri dengan tawa setelah ia mengatakan hal itu. Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan. Karena jika aku melakukan aksi protes, mereka pasti tidak akan mendengarkanku.

 

“Dan acara pertunangan kalian akan diadakan hari Sabtu. Kalian hanya perlu mempersiapkan diri kalian karena kami yang akan mengurus semua keperluan pesta kalian nanti,” ucap Eommaku sambil tersenyum diiringi angguka para orang tua yang ada di ruangan ini. Aku hanya bisa mengangguk lemah sambil menghela napas panjang.

 

“Kalian kembalilah ke kamar, kami masih ingin membicarakan apa saja yang diperlukan untuk pesta kalian,” ucap Appa.

 

Pesta kalian, pesta kalian, kupingku terasa panas setiap kali mereka menyebut kata itu. Aku pun bangkit dari posisi dudukku dan membungkuk memberikan hormat kepada mereka terlebih dahulu sebelum aku pergi dari ruang tamu. Kulihat Sehun melakukan hal yang sama denganku. Saat aku sedang bejalan menuju ke arah tangga tiba-tiba aku merasakan ada yang menarik tanganku dan ternyata itu adalah Sehun. Ia langsung menarik tanganku begitu saja tanpa mengatakan apapun. Dan aku hanya bisa berjalan mengikutinya—atau mungkin lebih tepatnya pasrah karena diseret olehnya.

 

“Ah, aku senang sekali ternyata mereka berdua menjadi semakin dekat,” ucap Eomma yang masih terdengar cukup jelas di telingaku. Dan aku yakin sekarang mereka sedang mengangguk-angguk sambil tertawa.

 

Sehun POV

 

Dasar, mereka membicarakan tentang pertunangan dengan kami seolah-olah ingin mendengar persetujuan dari kami tentang rencana yang akan mereka lakukan. Tetapi mereka hanya memberi tahu kami kapan acara tersebut akan dilangsungkan dan tidak bertanya apakah kami menyetujuinya atau tidak. Saat aku ingin menyebut kata pertunangan rasanya aneh sekali, lidahku jadi terasa gatal setiap aku ingin mengatakannya. Tapi sepertinya percuma jika mereka menanyakan hal itu karena sudah jelas aku tidak bisa menolaknya. Karena aku akan selalu teringat dengan ucapan Appa yang akan menarik seluruh fasilitas yang aku miliki jika aku tidak mengiku perintahnya. Hhh, mendengarnya saja sepertinya aku tidak sanggup untuk hidup. Lagi pula aku sudah memperkirakan hal ini pasti akan segera terjadi cepat atau lambat.

 

Kini aku sedang menarik Jiyeon untuk mengikutiku, aku ingin tahu pendapatnya mengenai acara ehm pertunangan kami. Karena dia—dan sebenarnya aku juga hanya diam dan pasrah saat di ruang tamu tadi. Aku mengajaknya ke taman yang terletak di dalam rumah kaca. Karena menurutku itu tempat yang cocok untuk berbicara karena hanya itu tempat yang paling terang saat malam seperti ini. Tempat itu adalah tempat yang paling di sukai Eommaku. Ia menanam bunga-bunga kesukaannya di dalam sana membuat taman itu terlihat sangat indah. Dan jujur saja aku juga menyukai tempat ini. Eomma juga menambah beberapa hiasan lain sehingga membuat tempat ini jadi terlihat indah namun mewah. Dan di tengahnya terdapat air mancur. Aku melirik ke arah Jiyeon sepertinya ia menyukai tempat ini, terlihat dari ekspresi bodoh yang ia ciptakan di wajahnya. Pasti ia akan betah tinggal di rumahku karena mungkin ia menemukan fasilitas yang tidak ia dapat di rumahnya. Jangan lupakan kalau Appaku orang yang sangat kaya hahaha. Aku menggiring Jiyeon ke arah ayunan yang berada di dekat air mancur dan mendudukkannya tanpa melepas pegangan tanganku.

 

“Bagaimana pendapatmu tentang acara pertunangan itu?” ucapku memulai percakapan.

 

“Memang mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa pasrah karena tidak mungkin jika menolaknya,” ujarnya sambil menatap lurus ke arah air mancur. Sepertinya ia tidak sadar jika kami masih bergandengan tangan. Dan aku menjadi lega mendengarnya, setidaknya ia tidak menolak pertunangan ini karena itu yang ku khawatirkan sejak tadi karena melihatnya yang hanya diam.

 

“Aku juga tidak bisa menolaknya, padahal aku ingin sekali menolaknya. Apalagi di jodohkan dengan gadis galak dan cerewet sepertimu,” ucapku dan tidak lupa dengan seringaian dibibirku. Aku ingin sekali melihat reaksinya setelah aku berbicara seperti itu. Sepertinya menggodanya sudah menjadi hobi baruku.

 

“Ya! Kau pikir aku mau dijodohkan dengan mu, huh? Kau tau kau itu sangat menyebalkan dan suka seenaknya sendiri, kau tidak bisa diatur dan sangat malas…” aku hanya memperhatikannya yang berbicara mengenai hal-hal buruk tentangku dan berusaha menahan tawaku melihat wajahnya. Reaksi yang ia berikan sesuai dengan harapanku.

 

Entah mendapat dorongan dari mana tiba-tiba saja aku ingin sekali menciumnya. Aku mulai mendekatkan wajahku ke arahnya dengan cepat dan menuju bibirnya yang masih sibuk mengoceh. Ia langsung terdiam saat bibirku berhasil menempel di bibirnya. Aku mengecupnya cukup lama dan sedikit melumat bibirnya yang agak terbuka karena ciumanku yang tiba-tiba. Kurasakan tubuhnya menegang karena terkejut. Aku menjilat bibirnya dan menyudahi ciuman kami—mungkin lebih tepatnya ciumanku. Matanya terbuka lebar dan menatapku tidak percaya. Aku hanya memberikan smirk ku padanya dan pergi meninggalkannya yang masih terpaku di tempat. Aku juga tidak habis pikir atas perbuatanku tadi. Tapi yang pasti aku menyadari satu hal. Yaitu fakta bahwa aku memang mulai menyukainya.

 

***

 

Author POV

 

Keesokan harinya mereka tetap masuk sekolah seperti biasa. Jiyeon dan Sehun sekarang sedang sarapan bersama dengan orang tua Sehun. Orang tua Jiyeon semalam langsung pulang setelah membicarakan banyak hal mengenai acara pertunangan Jiyeon dan Sehun. Jiyeon sepertinya menjadi canggung terhadap Sehun akibat kejadian semalam yang tidak ia duga sama sekali.

 

Semalam Jiyeon sangat terkejut dengan tindakan Sehun, ia hanya diam sambil meraba bibirnya yang terasa sedikit panas. Dan perlahan namun pasti wajahnya mulai memerah mengingat kejadian semalam. Jiyeon yang tersadar dari lamunannya langsung menundukkan kepalanya dan melanjutkan memakan makanannya supaya tidak ada orang yang melihat wajahnya dalam keadaan seperti ini. Tanpa ia sadari Sehun memperhatikannya sejak tadi dan sesekali tersenyum tipis melihat tingkah Jiyeon.

 

Acara sarapan kali ini berjalan dengan sangat tenang. Tidak ada percakapan yang menyelingi kegiatan mereka. Semua sibuk dengan makanan yang ada di hadapan mereka. Dan keadaan ini berlangsung hingga mereka menyelesaikan sarapan masing-masing.

 

“Aku sudah selesai, aku akan langsung berangkat ke kantor,” ujar Ayah Sehun memecah kesunyian.

 

“Baiklah, aku akan mengantarmu sampai pintu. Kalian juga cepat berangkat ke sekolah,” ucap Ibu Sehun dan mulai beranjak dari meja makan menyusul Ayah Sehun yang sudah berjalan lebih dulu. Disusul dengan Jiyeon dan Sehun yang mengekor di belakang.

 

“Kami berangkat,” ucap Sehun singkat dan berjalan menuju mobilnya. Sedangkan Ibu Sehun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu.

 

“Emmonim, aku berangkat dulu,” ucap Jiyeon.

 

“Hati-hati di jalan, kalau Sehun mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan segera telpon Emmonim ne? Aku akan memukulnya nanti.”

 

Jiyeon hanya tersenyum mendengar ucapan Ibu Sehun dan menganggukkan kepalanya. Ibu Sehun juga mengecup pipinya sebelum ia beranjak dari tempatnya dan mengelus kepalanya seperti kepada anaknya sendiri.

 

“Ayo cepat naik,” ucap Sehun yang sudah berada di balik kemudinya.

 

Tanpa menjawab Jiyeon langsung melangkahkan kakinya menuju mobil Sehun dan segera masuk ke dalam. Sehun langsung menjalankan mobilnya setelah Jiyeon mengenakan safety belt-nya. Suasanya di mobil sangat hening. Sebenarnya Jiyeon ingin menanyakan perihal kejadian semalam pada Sehun. Tapi ia malu untuk menanyakannya dan ia memilih untuk diam karena sepertinya Sehun tidak mempermasalahkan kejadian semalam. Sepertinya Sehun mengetahui apa yang sedang Jiyeon pikirkan, tapi ia berpura-pura acuh karena ia ingin Jiyeon menanyakan terlebih dulu tentang alasan atas tindakannya semalam. Tapi sepertinya Jiyeon tidak berniat untuk menakannya pada Sehun.

 

Tidak terasa mereka sudah tiba di sekolah. Jiyeon dan Sehun langsung ke luar dari mobil dan berjalan meninggalkan tempat parkir tetap dengan keadaan saling diam. Dan seperti hari kemarin, Han Soyi beserta kedua temannya mengintip ke arah Sehun dan Jiyeon. ini sudah yang kedua kalinya ia melihat Sehun dan Jiyeon berangkat bersama. Ia menggeram dan mengepalkan tangannya karena kesal melihat mereka yang semakin dekat saja setiap harinya. Ia bertekad untuk memperingati Jiyeon dengan lebih keras dibandingkan dengan peringatan kemarin.

 

‘Park Jiyeon, jangan salahkan aku jika aku melakukan hal yang lebih kejam padamu karena aku sudah memberikan peringatan padamu sebelumnya,’ ucapnya dalam hati.

 

Ia tidak akan membiarkan Sehun bersama dengan Jiyeon atau pun gadis lainnya. Tapi saat ini Sehun hanya terlihat dekat dengan Jiyeon, dan ia merasa Jiyeon merupakan ancaman yang besar untuknya. Ia memikirkan berbagai macam cara agar bisa menjauhkan Jiyeon dari Sehun. Kemudian ia beserta temannya beranjak dari tempat persembunyian mereka dan bergegas menuju kelas mereka karena sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.

 

Saat Jiyeon memasuki kelas ia melihat Sulli telah sampai terlebih dahulu yang saat ini sedang duduk dengan manis di atas kursinya. Ia tersenyum ke arah Sulli yang sedang menatapnya sambil melambaikan tangannya. Sulli pun melakukan hal yang sama dengan Jiyeon. Jiyeon segera menuju kursinya dan saat melihat ke samping ternyata Sehun sudah bertengger di kursinya dan sedang berbincang dengan Kai. Tak lama setelah itu bel masuk pun berbunyi diiringi dengan kedatangan Kang Seonsangnim di kelas mereka. Pelajaran pun dimulai.

 

***

 

Saat istirahat telah tiba, seperti biasa para murid mulai berhamburan ke luar menuju kantin. Dan seperti biasa pula Taemin sudah menunggu Jiyeon dan Sulli di depan kelas dengan senyuman yang merekah di wajahnya. Jiyeon dan Sulli segera ke luar menghampiri Taemin yang sedang berdiri di depan pintu.

 

“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya Jiyeon.

 

“Ani, aku baru saja datang,” jawab Taemin.

 

Tiba-tiba Sehun muncul dari dalam kelas dan berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun diikuti Kai yang ada di belakangnya yang tersenyum ke arah mereka dan berjalan menuju kantin sambil merangkul pundak Sehun.

 

Jiyeon hanya terdiam melihatnya. Ia semakin bingung dengan sikap Sehun. Kemarin ia bersikap sangat baik padanya, lalu tiba-tiba saja menciumnya. Dan hari ini ia berubah seperti awal pertemuan mereka yang dingin dan acuh padanya sambil memandangi punggung Sehun yang mulai menjauh.

 

“Kalau begtitu ayo kita ke kantin,” ucap Sulli membuat Jiyeon mengalihkan pandangannya dari Sehun yang sekarang sudah menghilang.

 

Jiyeon hanya mengangguk setuju dan mereka mulai beranjak menuju kantin dengan berjalan beriringan. Tanpa Jiyeon sadari Taemin terus memperhatikannya yang sedang memperhatikan Sehun. Ia segera menggelengkan kepalanya. Tidak boleh. Ia tidak boleh mempunyai perasaan ini pada Jiyeon, pada sahabatnya sendiri. Ia harus bisa menghilangkan perasaannya kepada Jiyeon jika tidak ingin hatinya semakin terluka. Meskipun itu bukan salah Jiyeon karena tidak tahu mengenai perasaannya. Karena selama ini Taemin selalu berhasil menyembunyikan perasaannya di hadapan Jiyeon dan Sulli. Tapi sepertinya tidak di hadapan Sehun. Karena hanya dengan melihat tatapan Taemin terhadap Jiyeon Sehun langsung bisa mengetahui apa yang sedang Taemin rasakan.

 

Sehun berjalan begitu saja tanpa menyapa Jiyeon karena ia kesal. Ya, ia sangat kesal melihat Jiyeon yang terlihat sangat akrab dengan Taemin. Ia akui ia cemburu kepada Taemin, meskipun ia sebentar lagi akan bertunangan dengan Jiyeon. Dan akhirnya rasa cemburunya ia lampiaskan pada Jiyeon dengan bersikap dingin dan acuh.

 

‘Oh Sehun, kenapa kau  menjadi terbakar seperti  ini hanya karena melihat mereka?’ tanyanya pada diri sendiri sambil menggelengkan kepalanya. Kai hanya menatap heran pada teman barunya ini. Sikapnya benar-benar sulit untuk diprediksi dan bisa berubah kapan saja. Sepertinya ia harus berhati-hati.

 

Sehun dikejutkan dengan kedatangan Soyi yang tiba-tiba. Soyi langsung menggelayut manja di lengan Sehun seperti biasa. Dan saat itu pula Jiyeon beserta Sulli dan Taemin melihat ke arah Sehun dan Soyi. Jiyeon hanya terdiam melihatnya dan berjalan untuk mengambil makanannya bersama dengan Sulli. Sementara Taemin terdiam sejenak saat melihat Sehun. Pandangan mereka bertemu dan keduanya saling menatap dengan pandangan tidak suka dan Taemin segera berjalan menyusul Jiyeon dan Sulli.

 

Setelah Jiyeon mendapatkan makanannya ia beserta Sulli dan Taemin duduk di tempat yang tidak jauh dari kursi yang Sehun dan Kai beserta Soyi yang sedang mereka duduki saat ini. Sehun terlihat sangat risih dengan keberadaan Soyi yang menurutnya mengganggu acara makannya. Berkali-kali ia melepas pegangan Soyi dari lengannya berkali-kali pula Soyi berusaha mencoba memegang lengan Sehun.

 

“Berhentilah bergelayut di lenganku, kau membuatku sulit untuk makan,” ucap Sehun dingin dan masih bisa di dengar oleh Jiyeon.

 

“Aku di sini karena ingin membantumu makan Sehun-ah, ayo buka mulutmu aku akan menyuapimu dengan senang hati,” ucapnya sambil meyodorkan makanan ke arah Sehun dan jangan lupakan nada bicaranya yang dibuat semanja mungkin.

 

Sehun dan Kai bergidik mendengar perkataan Soyi yang menurut mereka sangat menyeramkan. Soyi masih berusaha menyuapkan makanan ke mulut Sehun tapi pria itu selalu menghindar. Jiyeon hanya bisa memandangi mereka. Dan secara perlahan rasa sakit mulai menjalar di hatinya melihat Sehun bersama dengan gadis lain tepat di depan matanya.

 

Sehun masih berusaha melepaskan diri dari Soyi. Ia tidak mungkin melakukannya dengan menggunakan kekerasan karena bagaimanapun meyebalkannya Soyi, ia tetap seorang perempuan. Dan ia tidak akan pernah melakukan kekerasan terhadap perempuan. Tapi sepertinya itu pengecualian untuk Soyi. Karena Sehun sudah merasa sangat terganggu dengan sikap Soyi. Ia menepis tangan Soyi sedikit keras, hingga membuat gadis itu melepas rangkulannya.

 

Jiyeon yang sedari tadi melihat kejadian tersebut menjadi sedikit tersenyum karena sikap Sehun pada Soyi.

 

‘Dasar gadis centil, rasakan itu,” ucapnya dalam hati.

 

Tanpa Jiyeon sadari Soyi melihatnya karena tempat duduk mereka bisa dibilang dekat. Pandangan mereka bertemu dan Soyi menatap ke arah Jiyeon dengan tatapan mengancam.

 

‘Tunggu pembalasanku karena kau tidak mendengarkan peringatanku.’

 

Seperti itulah kira-kira perkataan Soyi yang ia baca melalui tatapan gadis itu padanya. Jiyeon yang baru menyadari kebodohannya segera menundukkan kepalanya dan melanjutkan memakan makanannya.

 

‘Habislah aku,’ pikirnya.

 

Waktu istirahatpun mulai habis dan para murid mulai kembali menuju kelasnya. Jiyeon berjalan dengan lesu karena teringat akan tatapan dan perkataan Soyi padanya. Ia mulai merasa cemas takut Soyi melakukan hal-hal mengerikan padanya. Karena sepertinya Soyi merupakan tipe gadis yang nekad. Sulli dan Taemin hanya menatap heran ke arah Jiyeon yang berjalan di depan mereka.

 

Berbeda seperti tadi, saat ini Jiyeon yang berjalan dan Sehun mengikutinya dari belakang yang memang ingin kembali ke kelas bersama dengan Kai. Ia melihat gadis itu, yang terlihat tidak bersemangat.

 

‘Apa ia mendapat makanan yang rasanya tidak enak hingga menjadi lesu seperti itu?’ pikirnya bodoh.

 

Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat, todak lambat seperti biasanya. Itu yang dirasakan oleh Jiyeon. teman-temannya mulai berjalan meninggalkan kelas. Hari ini adalah giliran Jiyeon untuk membersihkan kelas bersama dengan Soyi dan ketiga temannya yang lain.

 

“Sulli-ah, kau pulang saja tidak usah menungguku,” ucap Jiyeon yang melihat Taemin sudah berdiri di depan kelas mereka.

 

“Tidak apa Jiyeon-ah, bukankah kita memang saling menunggu jika sedang mendapat giliran membersihkan kelas?” tanya Sulli.

 

“Tidak apa-apa, bukankah kau harus mengantar Eommamu? Pulanglah bersama Taemin, aku bisa pulang sendiri,” ucap Jiyeon berusaha meyakinkan Sulli.

 

“Baiklah kalau begitu, aku pulang duluan. Hati-hati di jalan saat pulang nanti,” ujar Sulli berjalan ke luar kelas menemui Taemin. Taemin yang sudah mendengar semuanya dari Sulli memandang Jiyeon dengan tatapan seolah berkata ‘tidak apa-apa kami meninggalkanmu?’

 

Jiyeon yang mengeti maksud Taemin hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Akhirnya Sulli dan Taemin pergi meninggalkan Jiyeon. Saat Jiyeon berbalik ia mendapati Sehun yang sedang berdiri di hadapannya.

 

“Hari ini kita tidak perlu pulang bersama, aku mendapat giliran membersihkan kelas. Jadi kau pulanglah lebih dulu, tidak perlu menungguku,” ucap Jiyeon.

 

“Lagi pula siapa yang akan menunggumu?” ucap Sehun langsung berlalu begitu saja meninggalkan Jiyeon. Jiyeon hanya bisa mencibir ke arah Sehun mendengar ucapannya barusan.

 

‘Dasar manusia berkepribadian ganda,’ pikir Jiyeon sambil memandang kesal ke arah Sehun.

 

Jiyeon beserta Soyi dan temannya yang lain langsung mulai membersihkan kelas setelah kelas mulai kosong. Jiyeon mendapat tugas untuk mengepel lantai bersama satu temannya sedangkan Soyi menyapu. Jiyeon pergi menuju toilet intuk mengambil air yang akan ia gunakan untuk mengepel nanti.

 

Saat temannya sudah menyelesaikan tugas mereka kini giliran Jiyeon yang mengepel. Karena kelasnya hanya memiliki satu kain pel ia bergantian dengan temannya yang telah mengepel lebih dulu. Kini hanya tersisa Jiyeon sendiri di kelas karena temannya yang lain sudah pulang. Jiyeon cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya karena dilihatnya langit berubah menjadi gelap. Dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

 

‘Aku harus sampai di rumah sebelum hujan turun,’ pikir Jiyeon.

 

Saat ia sudah menyelesaikan tugasnya ia berjalan ke luar kelas dan bergegas untuk pulang. Tiba-tiba ia merasa ada air yang mengenai seruh tubuhnya dari kepala hingga kakinya. Dan ternyata itu ulah Soyi dan teman-temannya yang sengaja menunggu Jiyeon pulang sejak tadi. Mereka menyiram Jiyeon dengan air yang Jiyeon gunakan untuk mengepel. Mereka tertawa melihat keadaan Jiyeon yang basah kuyup.

 

“Ya! Apa yang kalian lakukan?” bentak Jiyeon kesal ke arah mereka bertiga.

 

“Apa lagi? Tentu saja menyirammu bodoh,” ucap salah satu teman Soyi yang berambut pirang sambil memandang sinis ke arah Jiyeon.

 

“Bukankah aku pernah memperingatkanmu agar tidak mendekati Sehun? Dan kau malah dengan beraninya tidak menuruti omonganku. Dan inilah balasannya karena kau tidak menuruti kata-kataku,” ucap Soyi panjang lebar. Dan langsung berlalu meninggalkan Jiyeon dengan keadaan yang menyedihkan.

 

Jiyeon hanya terdiam mendapatkan perlakuan kejam dari Soyi beserta teman-temannya. Ia ingin melawan tapi tidak bisa. Dilihat dari jumlah orangnya saja sudah tidak memungkinkan. Mereka bertiga sedangkan Jiyeon hanya sendiri, sudah pasti ia akan kalah telak. Seandainya saja ada Sulli di sini pasti ia akan melawan Soyi karena ia memiliki pendukung.

 

Jiyeon berjalan meninggalkan gedung sekolahnya dan saat ini sedang menuju gerbang. Langit yang sudah gelap mulai meteskan airnya semakin lama semakin deras. Jiyeon berjalan menerobos hujan. Untuk apa berteduh sementara dirinya sudah basah kuyup?

 

Jiyeon berjalan ke halte bus terdekat dan duduk di sana menunggu bus lewat. Berharap bus tujuannya datang dengan cepat sehingga ia bisa sampai di rumah. Tapi sudah hampir satu jam bus yang ditunggu Jiyeon sejak tadi tidak muncul juga. Jiyeon mulai merasa cemas karena hujannya tidak kunjung reda dan hari sudah semakin sore.

 

Sementara itu Sehun mulai merasa khawatir karena Jiyeon belum juga pulang. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan memutuskan untuk menjemput Jiyeon ke sekolah. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada Jiyeon. Ia menjalankan mobilnya dengan sedikit mngebut membelah hujan yang sedang mengguyur bumi.

 

Jiyeon masih menunggu bus dengan setia dan perasaan cemas. Tiba-tiba saja ia melihat langkah kaki mendekat ke arahnya dan menyodorkan tangannya meminta Jiyeon untuk ikut bersamanya. Jiyeon mendongak dan sedikit terkejut melihat siapa orang itu. Tidak jauh dari tempat itu terlihat seseorang yang sedang melihat ke arah Jiyeon sambil membawa paying yang nanti akan ia berikan untuk digunakan Jiyeon.

 

Tapi sepertinya ada orang lain yang lebih dulu menolong Jiyeon. Jadi ia memutuskan untuk kembali pulang dan perlahan berbalik disertai rasa sakit di hatinya karena melihat Jiyeon bersama dengan orang tersebut.

 

 

 

_My Marriage Is_

TBC

__________________________________________________

Akhirnya setelah sekian lama FF ini dilanjut juga,

aku mau minta maaf untuk para readers yang

menunggu kelanjutan dari FF ini karena aku baru

selesai hiatus. Semoga kalian tidak kecewa pada

part ini. Dan sesuai permintaan aku bikin ceritanya jadi

lebih panjang dari biasanya, hehe

Jangan lupa Komentarnya ^^

_________________________________________________

 

 

143 Comments

  1. Wah sehun ga suka taemin akrab dekat dg jiyeon,akhirnya dy ngakui perasa’anya jg meski blm terus terang nunjukin ke jiyeon..
    Han soyi udh kelewatan itu semua jg bukan kemauan jiyeon kali sehun ga suka sm dy..
    Pasti yg jemput jiyeon sehun dan kai,tp siapakah orang yg beruntung datang duluan
    Sehun atau taemin kah???

    Like

    Reply

  2. haaaaahhh siapa itu yg sma jiyeon?? taemin kah?? apa sehun?? ahhh mollaaaa, mkin gregeet bngt sma ff ini 🙂 .. apa lgi sma si soyi, ishh bocah itu bnr” minta dihajar!! haaahhh gregettt .. lanjut ne 😉

    Like

    Reply

Comment, comment~