Sehun is, Naughty? —{Ficlet. 1st}

Sehun Is Naughty

Sehun is, Naughty? —{Ficlet. 1st}

By Yaumila

 

| Main cast Oh Sehun – Kang Yumi (OC) |

| Support cast Find in this story | Genre Romance, Fluff | Length Ficlet Series |

| Rating PG-17 |

 

Disclaimer :

All of story is mine. So, don’t be plagiarism!

Copy-Paste is not allowed!

.

.

.

 

Yumi menggeram kesal di atas kursinya. Ia lupa kapan terakhir kalinya membenci seseorang hingga ubun-ubunnya nyaris terbakar. Seperti saat ini misalnya, Yumi harus menelan kekesalannya bulat-bulat karena laporan yang ia buat ditolak oleh manajernya dari Divisi Pemasaran, lagi.

“Laporanmu itu terlalu singkat, aku ingin kau menjabarkannya serinci mungkin. Datang lagi ke ranganku saat kau sudah memperbaikinya.” Yang bisa dilakukan Yumi untuk melampiaskan kekesalannya hanya dengan meremas kuat laporan yang kini berada di tangannya.

“Tapi aku sudah membuatnya sesuai dengan yang kau inginkan manajer Oh, dan ini sudah yang kedua kalinya.”

“Maka kerjakanlah dengan benar agar kau tidak mengulanginya lagi.” Yumi terdiam mendengar penuturan sang manajer yang berbicara dengan wajah datar andalannya.

Ia mengangguk sekilas dan membungkukan sedikit badannya, “Baik, aku permisi.”

Yumi berjalan dengan gontai menuju mejanya. Menjabat posisi sebagai asisten manajer membuatnya menjadi gila lebih cepat. Manajer yang dulunya ia sangka adalah orang yang kalem dan terlihat ramah ternyata sangatlah menjengkelkan. Mungkin kata kalem memang benar adanya, dan sejujurnya kata ramah juga tidak salah mengingat sang manajer tidak pernah memarahinya dengan membentak atau yang lebih parah Yumi akan disuruh untuk bekerja lembur selama setahun saat ia melakukan kesalahan.

Namun ada yang kurang dengan semua itu. Sifatnya yang luar biasa menjengkelkan. Oh Sehun—manajernya, entah karena apa ia sangat terkenal diantara para karyawan wanita. Menurut Yumi, ia sangat tidak menarik dengan kacamata yang senantiasa bertengger di hidungnya. Juga dengan wajahnya yang datar meskipun tidak terkesan dingin.

“Ada apa lagi dengan manajermu yang tampan?” Hyeri menggeser kursinya hingga ia duduk berdampingan dengan Yumi.

“Seperti kemarin, ia menyuruhku membuat ulang laporan sialan ini. Dan hey, ia juga manajermu Shin. Berhenti memujinya tampan di depan wajahku.”

“Ia memang manajer di divisi kita, namun melihatnya yang lebih sering berinteraksi denganmu membuat kami—karyawan wanita merasa ia hanya manajermu seorang. Lagipula ia memang tampan Yumi sayang, beruntung sekali kau bisa menjadi asistennya. Tidak bisa kau bayangkan seberapa irinya aku, bertukar posisilah denganku Yumi.” Hyeri mencoba merayunya dengan wajah sok imutnya yang terlihat menjijikan di mata Yumi.

“Itu wajar saja, karena aku adalah asistennya. Menurutku Sehun adalah pria menyebalkan ditambah kaca matanya membuat ia terlihat jauh lebih menyebalkan. Dan bermimpilah bisa berada di posisiku dengan menggunakan kemampuanmu yang bahkan sangat standar.”

Hyeri menggumam tidak jelas karena sudah yang kesekian kalinya ia kalah telak, lagi. Karena sudah tidak bisa membalas ucapan Yumi ia memutuskan untuk kembali ke mejanya. Saat berbalik Hyeri dikejutkan dengan sesosok manusia yang sedari tadi mereka bicarakan.

“Kembalilah ke mejamu Hyeri, aku harus bisa menyelesaikan laporan ini. Jika sampai salah lagi maka aku akan menyumpal mulut Sehun dengan laporanku agar ia tidak bersikap seenaknya.”

Hyeri membeku di tempatnya. Ia mencubit lengan Yumi agar ia berhenti bicara. Bukannya berhenti Yumi malah semakin giat menghina Sehun. Sementara orang yang sedang dihina kini hanya berdiri sambil mendengar gurutuan Yumi. Hyeri yang jengah karena Yumi tak kunjung berhenti bicara menarik rambutnya agar ia melihat ke belakang. Dan tindakannya itu berhasil. Saat ini Yumi yang membeku karena melihat Sehun.

“Aku akan melanjutkan pekerjaanku, permisi.” Hyeri langsung melarikan diri bersama kursinya setelah mendapat anggukan dari Sehun.

“Manajer Oh, ada apa?” Sehun ingin sekali tertawa mendengar suara Yumi yang terdengar bergetar. Tapi ia menyembunyikannya dengan menampilkan ekspresi sedatar mungkin.

“Aku hanya ingin mengingatkanmu jika besok kita harus pergi ke Busan untuk meninjau peluncuran produk baru. Dan bawa saja laporanmu, sekalian kau kerjakan bersama dengan laporan tentang reaksi customer terhadap produk itu.”

Sehun langsung melengos begitu saja tanpa mau peduli reaksi apa yang diberikan Yumi. Wanita itu berhasil dibuat tercenung. Ia bahkan tidak ingat jika besok ada perjalanan bisnis. Jadi Yumi belum menyiapkan apapun untuk besok. Dan ia juga masih harus menyelesaikan laporannya ditambah laporan baru selama berada disana. Benar-benar double sialan.

***

 

Yumi berdiri di depan gate keberangkatan mereka sambil menyeruput kopi yang sempat ia beli sebelum kesini. Manajernya yang terkenal sangat disiplin itu ternyata bisa terlambat juga.  Dan sekarang sudah hampir pukul sepuluh. Semalam Yumi tidur jam 12 karena sibuk menyiapkan apa saja yang perlu ia bawa. Semua perlengkapannya itu masuk ke dalam satu koper. Ia juga membawa tas sedang yang disampirkan pada bahunya.

“Aku berusaha untuk tidak datang terlambat agar ia tidak mempunyai celah untuk memarahiku. Dan kini ia yang datang terlambat, kesempatanku untuk membalas perbuatannya akhirnya akan terlaksana.” Tawa Yumi terdengar menyeramkan dibarengi segala pikiran liciknya untuk menjatuhkan harga diri Sehun.

“Membalas apa?” Yumi sedikit terlonjak mendengar suara bass yang muncul dari balik punggungnya.

“Maaf, kau siapa?” Kini malah orang itu yang dibuat bingung. Apa maksud Yumi bertanya seperti itu?

“Bersikap sopanlah sedikit pada manajermu nona Kang Yumi, ingat kita hanya berdua. Tidak akan ada yang menolongmu jika aku sudah melakukan sesuatu.” Sehun menyeringai melihat Yumi yang sedang membuka sedikit mulutnya.

“Kau? Manajer Oh? Maaf aku tidak mengenalimu. Kau terlihat sedikit, berbeda. Dan apa maksud ucapan terakhirmu tadi?”

“Jangan banyak bertanya, pesawat kita sudah menunggu.”

Sehun langsung menyeret Yumi saat ia mendengar suara seseorang yang berasal dari speaker jika pesawat mereka akan lepas landas lima menit lagi. Mereka menyerahkan tiket kepada penjaga yang ada disana dan berjalan menuju pesawat tanpa perlu repot duduk di ruang tunggu lebih dulu.

Yumi terus memandangi Sehun secara diam-diam ketika pesawat sudah berjalan dengan stabil. Ia tidak pernah menyangka jika pria tampan yang sedang duduk di sampingnya ini adalah manajer Oh yang selama ini ia anggap tidak menarik. Padahal ia hanya melepas kaca matanya, tapi efeknya luar biasa. Sehun terlihat menggiurkan dengan kaos V-neck hitam yang melekat pas di tubuhnya. Yumi bahkan bisa melihat otot-otot Sehun yang tersembunyi di balik kaosnya. Hyeri pasti langsung mati jika melihat penampilannya saat ini, pikir Yumi.

“Jangan memandangiku seperti itu Yumi, kau membuatku takut.” Yumi langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela. Tertangkap basah ketika sedang memperhatikan seseorang dengan sangat jeli adalah hal paling bodoh yang pernah ia lakukan. Apalagi orang itu manajernya. Oh Sehun. Yumi memutuskan untuk berpura-pura tidur agar pria itu tidak menanyainya macam-macam.

“Tidak usah berpura-pura tidur, kenapa kau memandangiku seperti itu Kang Yumi?” Sehun menggerak-gerakan lengan Yumi karena tak kunjung menjawab pertanyaannya. Sehun mendekati wajah wanita itu, dan ternyata ia sudah benar-benar tertidur.

“Dasar, kau memang bukan wanita biasa.” Sehun mengelus rambut Yumi dengan lembut sebelum memutuskan untuk tidur juga.

***

 

Yumi mengucek kedua matanya ketika mereka sudah tiba di depan hotel tepat pukul dua belas siang. Kepalanya sedikit pusing karena Sehun membangunkannya dengan tiba-tiba. Yumi berjalan dengan malas mengikuti langkah Sehun yang sudah cukup jauh di depannya.

“Hati-hati dengan langkahmu, dan buka matamu Yumi. Kau sudah sangat puas tidur di pesawat.” Yumi mengelus dahinya yang menabrak punggung Sehun. Ia hendak menimpali ucapan pria itu saat ia sadar jika mereka berada di dekat meja resepsionis. Pegawai wanita yang berjaga di balik meja itu tengah menertawainya. Dimarahi di depan umum terdengar jauh dari kata elegan. Yumi merasa sangat malu.

“Selamat datang Tuan, ada yang bisa kami bantu?” Pegawai yang tadi menertawai Yumi kini berubah menjadi wanita yang sangat sopan terhadap Sehun. Yumi ingin sekali muntah melihatnya.

“Aku ingin memesan kamar Suite room.”

“Berapa Tuan?” Sehun mengacungkan jari telunjuknya sambil tersenyum miring. Ia menatap Yumi yang sedang memperhatikan dekorasi hotel ini.

“Ini kuncinya, kamar nomor 1095 yang ada dilantai 17. Selamat beristirahat.” Pegawai itu menyerahkan sebuah kartu yang nantinya akan digunakan Sehun untuk membuka kamar pesanannya.

Lagi dan lagi Sehun menarik tangan Yumi untuk memasuki lift. Wanita itu jika dibiarkan saja pasti akan tetap berdiri sambil memandang keseluruh penjuru hotel.

“Oh, kau sudah memesan kamar? Tipe apa yang kau pesan?”

“Suite room.”

“Benarkah? Hebat sekali perusahaan kita, aku jadi tidak sabar untuk merebahkan tubuhku di atas ranjang.”

“Ya, aku juga sangat tidak sabar.” Sehun menyeringai setelah berkata seperti itu. Tak lama terdengar bunyi dentingan pertanda mereka sudah tiba di lantai 17.

Mereka berjalan beriringan dengan perasaan senang masing-masing. Dan tentunya perasaan senang yang mereka rasakan berbeda penyebabnya. Jika Yumi senang karena ia akan menikmati mewahnya fasilitas Suite room, maka Sehun senang karena…

“Tunggu, kenapa kuncinya hanya ada satu?”

Sehun tersenyum, “Tentu saja karena aku hanya memesan satu kamar, jadi kita akan tidur di dalam kamar yang sama.”

“A-apa?!” Entah hanya perasaannya saja atau buka, tapi Yumi merasa Sehun menekan kata ‘tidur-di-dalam-kamar-yang-sama’ dan itu terdengar menakutkan.

“Kenapa hanya satu kamar?”

“Karena biayanya mahal, lagipula kita hanya akan semalam disini.”

“Aku tahu, tapi kenapa aku harus berada satu kamar. Denganmu?”

“Tentu saja denganku, dengan siapa lagi? Satpam? Cepat ganti pakaianmu dan berdandanlah, acara peluncurannya satu jam lagi. Aku ingin mandi dulu.”

Yumi berusaha meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi hal apapun antara ia dan Sehun. Tentu saja tidak mungkin, Sehun hanyalah pria tidak menarik dengan kaca matanya itu yang kebetulan terlihat sangat tampan hari ini. Yumi juga yakin jika Sehun adalah pria baik-baik karena ia sudah hampir bekerja selama satu tahun dengannya. Jadi ia hanya perlu melakukan hal yang diperintahkan Sehun—berganti pakaian dan berdandan.

***

Acara peluncuran produk baru perusahaan mereka diadakan di aula hotel yang ditempati Sehun dan Yumi. Beberapa tamu undangan sudah banyak yang bermunculan. Yumi mengenakan blus berwarna orange dengan rok serta blazer berwarna hitam. Rambut hitam panjangnya yang lurus ia biarkan terurai begitu saja. Sedangkan Sehun sudah menghampiri beberapa atasan mereka. Pria itu terlihat menawan dengan jas hitamnya, dan kemeja putih di dalamnya.

Yumi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sehun barang sedetik. Tanpa ia sadari pikirannya menjadi sedikit liar karena dada Sehun yang tercetak dengan jelas di balik kemejanya. Bahkan selama disini Sehun tidak pernah menggunakan kaca matanya. Yumi seperti berhadapan dengan Sehun versi lain.

“Yumi, sedang apa kau berdiri mematung disana? Kau harus terus mengikutiku agar bisa menulis laporanmu.”

Sehun merangkul Yumi untuk duduk di barisan paling depan. Perlakuan Sehun membuatnya risih karena beberapa pasang mata memerhatikan mereka. Hingga Yumi kerap kali menggerakan bahunya agar Sehun menyingkirkan tangannya. Pria itu malah mencengkram bahu Yumi agar wanita itu tidak bergerak.

Tak lama acara pun dimulai, Yumi sudah siap dengan alat tulisnya. Ia mencatat bagian yang menurutnya penting. Selain itu Sehun juga membantu menjelaskan. Produk yang diluncurkan perusahaan mereka adalah sebuah Shampoo. Shampoo ini tidak hanya dipakai untuk keramas, tapi bisa juga digunakan sebagai conditioner bahkan hair mask. Tamu undangan yang didominasi oleh wanita membuat acara semakin ramai. Sepertinya produk ini akan sukses dipasaran. Semoga saja.

“Acara ini berjalan dengan sukses, aku jadi ikut senang.”

Sehun merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sementara Yumi memilih untuk duduk di karpet dan menyandarkan tubuhnya ke sisi ranjang. Acara tadi cukup lama, dimulai dari pukul satu hingga enam sore membuat mereka sangat lelah. Yumi bangun dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi. Ia ingin segera menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket. Sehun menunggu sambil melepas jas dan dasinya. Tiga puluh menit kemudian Yumi keluar dengan menggunakan handuk kimono. Yang panjangnya hanya sebatas paha.

“Kau tidak ingin mandi, manajer?” Sehun mendudukan dirinya dan memerhatikan Yumi yang sedang mengambil pakaian dari kopernya.

“Aku menunggumu selesai, dan tolong jangan memanggilku manajer jika diluar jam kantor.”

“Lalu kau ingin dipanggil seperti apa?”

“Cukup dengan Sehun, atau jika mau kau bisa memanggilku sayang.”

Yumi hampir melempar kopernya jika saja pria itu tidak segera lari ke kamar mandi. Ada apa dengan manajernya yang kaku dan menyebalkan itu? Kenapa selama disini tingkahnya menjadi sedikit, nakal? Entahlah, Yumi tidak ingin peduli.

Setelah mengenakan pakaian tidur berupa tanktop dan hot pants Yumi mengeluarkan laptopnya. Ia juga membuka catatan tadi dan mencoba mengolahnya menjadi sebuah laporan. Yumi harus mengerjakannya sebaik mungkin agar ia tidak perlu mengulangnya kembali. Apalagi mengingat masih ada satu laporan yang masih harus ia perbaiki.

Dan entah sejak kapan Sehun sudah berjalan mendekat ke arah Yumi hanya dengan mengenakan celana selutut tanpa atasan, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Yumi duduk di karpet dengan beberapa berkas yang berserakan di sekitarnya. Sehun memutuskan untuk duduk di belakang Yumi sambil memerhatikan pekerjaannya. Satu jam kemudian Yumi sudah menyelesaikannya. Laporan ini tidak sesulit laporan satunya, karena ia tidak perlu repot untuk mengalisis berapa jumlah barang yang beredar dipasaran dan berapa jumlah barang yang terjual.

“Perlu bantuan?” Yumi terlonjak mendengar suara Sehun saat ia akan mengerjakan laporan berikutnya. Dasar, pria ini suka sekali muncul di belakangnya secara tiba-tiba.

“Aku tidak menolak, lagipula laporan ini sedikit sulit.”

Sehun menempatkan dirinya diantara Yumi dengan masih tetap berada di belakangnya. Sehun memajukan tubuhnya hingga dadanya bersentuhan dengan punggung Yumi. Mata wanita itu terfokus pada layar laptop juga berkas yang ada di tangannya. Tidak seperti Sehun yang saat ini pikirannya sedang melalang buana. Masalahnya jarak mereka terlampau dekat. Sehun bahkan bisa melihat belahan dada Yumi dan sedikit bagian atasnya saat ia menunduk. Posisi yang menguntungkan sekaligus menyulitkan karena Sehun harus menahan diri hingga beberapa waktu ke depan.

Sehun mulai menjelaskan langkah apa saja yang perlu Yumi lakukan saat membuat laporan ini. Dimulai dari bahan mentah seperti mengumpulkan data awal dari pabrik, menjumlah produk yang disebar dibeberapa toko. Hingga menghitung barang yang terjual dan juga barang yang mengalami kerusakan. Untuk menghitung berapa keuntungan yang didapat perusahaan itu akan menjadi pekerjaan Sehun.

Selama membuat laporan ini kerap beberapakali Sehun mengoreksi data yang salah. Yumi tidak pernah tahu jika Sehun bisa sebaik ini. Tanpa ia sadari terkadang Sehun mencuri kesempatan dengan menyentuh tangan Yumi saat ia mengoreksi data yang salah. Sehun juga semakin menempelkan tubuhnya pada Yumi. Bahkan kini Yumi berada diantara kaki Sehun yang sedang diselonjorkan.

“Akhirnya laporan ini selesai, terima kasih Sehun!” Yumi refleks memeluk Sehun yang ada di belakangnya. Saat itu juga Yumi baru sadar jika Sehun tidak mengenakan baju. Yumi langsung bergerak mundur, namun karena tingkahnya yang berlebihan itu ia akhirnya terjungkal. Jika Sehun tidak menahan kepalanya mungkin sekarang Yumi sudah merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri akibat bertubrukan dengan lantai.

Namun posisi ini malah membuat Sehun menindih Yumi. Sehun langsung menyambar bibir Yumi menggunakan miliknya karena tidak sanggup lagi menahan hasrat. Sehun menghisap bibir atas dan bawah Yumi bergantian bahkan sesekali menjilatnya. Yumi berusaha mendorong Sehun meskipun itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Permainan panas bibir Sehun malah membuatnya terlena dan tanpa sadar membuka mulutnya. Memberi Sehun kebebasan untuk menjelajahi rongga mulutnya.

“Itu bayaranku karena sudah membantumu.” Yumi menatap Sehun dengan takjub karena terkejut dengan sikap Sehun yang liar sekali hari ini. Yumi ingin sekali marah, tetapi mengingat jika ia juga menikmati perlakuan Sehun membuatnya mengurungkan niat. Karena hanya akan membuat dirinya malu.

“Aku tidak tahu jika pria datar sepertimu bisa menjadi seliar ini. Sikapmu hari ini berbeda sekali dengan sikapmu saat di kantor.”

“Kau harus sering bersamaku untuk mengetahui bisa seliar apa diriku. Tadinya aku yang akan mengerjakan laporan itu jika kau bersedia bercinta denganku malam ini.” Ucapan Sehun sukses mendatangkan pukulan keras di kepalanya hingga ia harus menyingkir dari tubuh Yumi.

“Tutup mulutmu! Dasar manajer gila dan mesum!”

“Aku mesum dan kau menyukai tindakan mesumku tadi.”

“Oh Sehun!”

.

.

—cut.

Hai, aku datang lagi dengan FF lain. Untuk sekedar info kalo ini tuh Ficlet series, jadi jangan protes dulu kalo pendek ya. Seperti biasa, aku tunggu kritik dan sarannya 🙂

30 Comments

  1. OH APA INI/? *nunjuk sehun dengan nista/? wkwkwk XD
    seketika hilang sudah image orang kalem yang diberikan oleh yumi pada sehun -_- yah elah hun pervert banget aaaa masa? untung di cut, kalo enggak bisa jadi yah/? huft!

    Like

    Reply

  2. hadeuuhhh…klo aku jadi yumi udah pingsan yg ada ngadepin bos kek bgtu,,saking gugupnya hhee,,,
    pervert bgt sih sehunnyaaaa,,,hhohohohooo,,,
    ga sabar nunggu kelanjutannya…d tunggu yahh chapter berikutnyaaaa 😀

    Like

    Reply

Comment, comment~